Beberapa kurun waktu terakhir, masyarakat galau dengan kegiatan ekonomi yang tak kunjung stabil. Dampaknya memengaruhi berbagai sendi kehidupan, diantaranya adalah kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sebuah daerah salah satunya ditentukan oleh tingkat kemerataan ekonominya. Sejak wabah pandemi COVID-19 menyebar luas di seluruh penjuru dunia, dampaknya sangat terasa dalam sektor perekonomian. Banyak pencurian, kekerasan terjadi dimana-mana bahkan perpisahan dalam rumah tangga pun meningkat karena lemahnya ekonomi. Hal ini sungguh memilukan di tengah-tengah pandemi yang tak kunjung melandai.
Ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan). Dari pernyataan tersebut, jelas sudah bahwasanya kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Di sebuah kota kecil nan asri bernama Kota Banjar, secara umum pembangunan yang dilaksanakan cukup merata. Namun, di balik fenomena tersebut masih banyak warga yang jauh dari kata sejahtera. Suasana kumuh masih ditemukan di beberapa titik terpencil. Dalam sektor pendidikan pun masih ada anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan yang baik. Penting bagi kita semua untuk menyadari ini dan tentunya masih menjadi PR untuk Kota Banjar di masa mendatang.
Berkaitan dengan kegiatan ekonomi, Rasulullah SAW. menjelaskan 9 dari 10 pintu rezeki diantaranya adalah berdagang. Banyak warga masyarakat Banjar yang berprofesi sebagai pedagang. Tetapi, belum semua pedagang mendapatkan kecukupan dan kesejahteraan. Seringkali pasak lebih besar daripada tiang. Kerugian terus terjadi hingga banyak para pedagang yang gulung tikar. Oleh karena itu, ada yang perlu diperbaiki dari tatanan perekonomian warga Banjar.
Hal yang pertama kali perlu diperhatikan adalah Sumber Daya Manusianya (SDM). Manusia diciptakan sebagai pemimpin di muka bumi ini. Kualitasnya menentukan pengolahan yang baik terhadap kekayaan alam yang ada. Banyaknya usia produktif di Kota Banjar, seharusnya menjadi perhatian besar oleh pemerintah dan warga itu sendiri. Kesadaran untuk senantiasa memiliki ilmu yang mumpuni tentang bisnis dan manajemen, menjadi modal untuk bersaing di era yang semakin canggih. Pengetahuan keagamaan pun menjadi benteng utama guna untuk berdagang dengan sehat.
Terlepas dari ilmu dan teori, kita juga harus mempraktikkannya sebagai bukti nyata mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari. Berkembang pesatnya teknologi bisa menjadi manfaat sekaligus bumerang bagi kita sendiri. Ini tergantung kepada kita selaku generasi muda. Apakah kita akan terus-menerus menutup mata, menutup telinga dengan tetap menggunakan peralatan seadanya dan tergilas oleh zaman? Ataukah justru memiliki semangat untuk selalu mempelajari perkembangan teknologi-teknologi yang baru? Itu semua benar-benar tergantung kepada kita generasi muda. Maka dari itu, sudah sepantasnya kita menyadari bahwa cerahnya masa depan Kota Banjar ada di tangan kita. Ditinjau dari manfaatnya, dampak positif dari perekonomian yang baik sangatlah banyak diantaranya, maju dan meratanya pembangunan, baik itu infrastruktur maupun pendidikannya, berkurangnya tindak kekerasan, hidup lebih damai dan sejahtera. Berpikir inovatif dan berkreasi dengan kreatif, diharapkan mampu menjebol segala keterbatasan dan membawa nama baik Kota Banjar melambung tinggi. Sudah saatnya kita bangkit dari malas-malasan, mager-mageran, menjadi the power of milenial. Ir. Soekarno pun pernah mengatakan, “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Mari, menjadi pemuda pemudi berkualitas, eksis tanpa batas!
Penulis : Dinar Nufadillah