Empati Membasmi Korupsi

Dewasa ini korupsi masih menjadi polemik negeri yang tak kunjung usai. Siapa sih yang tidak tahu korupsi? Korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Setelah sekian lama korupsi ini muncul di layar televisi, tidakkah kita ingin Indonesia menjadi negara anti korupsi? Pertanyaan yang ingin sekali saya sampaikan kepada para koruptor. Baik kalangan atas maupun bawah, koruptor tetaplah koruptor.

Dikutip dari KOMPAS.com Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut bahwa terdapat 1.298 terdakwa kasus korupsi di Indonesia sepanjang tahun 2020. Anehnya data tersebut bukan hanya terdiri dari golongan bawah, justru golongan yang berpendidikan dan terdidik di bangku sekolah bahkan perkuliahan. Melihat kebengisan yang dilakukan di depan mata saya sendiri, tetangga kelaparan, anak-anak kecil yang dipaksa mengemis di jalanan, membuat hati gerimis. Entah bagaimana mereka para koruptor dengan mudah melipat uang negara tanpa memikirkan nasib orang-orang kecil.

Banyak hak warga negara yang dilipat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hanya dengan ingin memuaskan nafsu, uang negara pun diambil. Pada hakikatnya sifat dunia itu selalu merasa tidak cukup. Maka sesungguhnya bersyukur yang harus kita lakukan.

Korupsi membuat negara mengalami kerugian Rp 56,7 triliun. Hal itu membuat Indonesia semakin terpuruk menghadapi krisis pandemi COVID-19 yang sedang merajalela. Meski kini melandai, Indonesia pun harus menghadapi masalah-masalah lain yang tak kalah rumit. Dampak dari keserakahan para koruptor itu sangat dirasakan oleh penerima bantuan yang terus saja dipotong, pendidikan yang belum kunjung merdeka karena fasilitas yang mahal tak terjangkau. Mereka menggerogoti bangsa tanpa belas kasihan, tanpa rasa empati.

Terjadinya keserakahan pada seseorang karena kurangnya ilmu agama yang membentenginya. Terkikisnya empati pun membuat mereka dengan ganas beraksi. Rendahnya budi pekerti membuat hilangnya jati diri. Bukankah dengan uang haram, hati tidak akan pernah tenang? Mungkin aparat tidak melihat tapi sanksi akan didapatkan dengan sendirinya. Hidup tidak akan pernah merasa tenang karena terus dihantui oleh perasaan bersalah.

Kekacauan yang terjadi harus segera dibenahi. Bukan hanya tugas KPK ataupun aparat negara lainnya, melainkan tugas kita semua selaku warga Indonesia. Korupsi bukan hanya tentang melipat uang negara, tapi melakukan kecurangan kecil pun merupakan awal dari korupsi. Sejak dini, pelajar jangan hanya dituntut secara intelektual. Namun moral pun perlu menjadi hal yang harus ditingkatkan. Pendidikan moral akan membimbing seseorang untuk berlaku baik, jujur, dan menghindari perbuatan jahat.

Senasib sepenanggungan adalah salah satu alasan mengapa Indonesia mampu bersatu dan bangkit. Kita bisa bangkit dari korupsi. Kita bisa menjadi orang yang peduli ketika kita berempati. Merasakan apa yang dirasakan orang lain saat kesulitan melanda, tentu hati merasa iba. Dan ini tidak akan ditemukan pada diri koruptor.

Empati dapat ditumbuhkan dengan sikap saling peka terhadap lingkungan sosial. Bukan lagi memikirkan saya tapi cobalah untuk memikirkan kita. Hidup berdampingan, rukun, tenteram dan damai jauh lebih menyenangkan dibanding hidup dengan ego masing-masing. Terbukti dengan bersikap empati hati manusia menjadi lembut, saling mengasihi dan menyayangi. Menepis keserakahan manusia.

Pondok pesantren menjadi gambaran hidup sebelum terjun ke dalam dunia bermasyarakat. Miftahul Hikmah menjadi tempat bagaimana saya melihat empati mampu membasmi korupsi. Selembar uang seringkali tergeletak di lantai. Entah itu lupa menyimpan atau terjatuh begitu saja. Tidak ada yang berani mengambil uang itu. Satu hari berlalu, uang itu masih tergeletak. Tak ada yang menyentuh. Hingga akhirnya pemilik uang tersebut yang akan mengambilnya. Korupsi adalah kata yang begitu asing. Jangankan mengambil yang bukan haknya, haknya saja dibagi-bagikan. Karena kami sama-sama tahu bahwa ini adalah sebuah perantauan dan perjuangan. Kami harus berjuang bersama-sama.

Anatomi tubuh ini terdiri dari jasmani dan rohani. Setiap harinya jasmani membutuhkan asupan makanan. Begitu juga dengan rohani membutuhkan asupan kajian, ilmu pengetahuan, dan ilmu keagamaan. Dengan menyeimbangkan keduanya, maka yakin hidup ini akan terarah. Sekalipun hilang arah, pasti akan kembali pada jalan yang benar.

Berbicara tentang korupsi memang bukan perkara yang mudah. Bagi saya yang masih awam, saya pun tidak tahu dan tidak ingin tahu bagaimana praktik korupsi berjalan. Aksinya terkadang begitu lihai, akibatnya hingga kini Indonesia mengalami krisis orang yang berkarakter dan bermoral. Mungkin sangat sulit untuk merehabilitasi orang-orang yang sudah terlanjur terjun ke dalam dunia korupsi, tapi bukan hal yang tidak mungkin, bukan? Regenerasi adalah salah satu hal yang harus diperhatikan. Bagaimana membentuk para generasi muda yang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, jujur dan amanah. Pemerintah perlu meningkatkan perhatian terhadap generasi muda akan pendidikannya. Bukan hanya formal tapi juga informal. Pesantren, pengajian, perlu didanai agar terus berjalan. Mereka para kiai tidak lagi berjuang sendiri. Mereka harus mendapatkan perhatian yang sama dengan para pendidik lainnya.

OSIS sebagai organisasi inti di SMAN 2 Banjar memikul banyak tanggung jawab. Sofhi Nur Azizah menjabat pada tahun 2020/2021. Menurutnya korupsi hal yang tidak terjamah olehnya. Sejauh ini pemasukan sebesar Rp 5 juta tercatat dengan jelas pada Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Jujur menjadi pondasi utama. Kepedulian terhadap tanggung jawab yang diembannya membuat ia melangkah dengan ikhlas. Hati nurani selalu berkata tidak untuk yang bukan haknya. Kadang kala makanan yang disuguhkan juri tidak habis atau uang yang tersisa dari sebuah acara menjadi bonus pengurus atas instruksi pembina.

Pencapaian di atas tentu bukan tanpa proses. OSIS biasa melakukan pelatihan diantaranya, Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) dan Latihan Kepemimpinan Lanjutan (LKL). Harapannya pelatihan tersebut dapat mencetak generasi muda yang jujur dan unggul.

Hal serupa juga disampaikan siswa yang lain. Su’ainil Hayati selaku ketua organisasi PMR di SMA Negeri 2 Banjar menuturkan bahwa korupsi tidak terjadi dalam organisasinya. Uang kas berasal dari penjualan buku saku yang digunakan. Bagaimana uang itu terus berputar dan terdata secara rinci. Nantinya data tersebut akan dilaporkan menjelang akhir tahun. “Apa yang kita perbuat hari ini, akan kita pertanggungjawabkan kelak,” tuturnya.

Di sisi lain IRMA SMA Negeri 2 Banjar sebagai organisasi keislaman berusaha memberikan wadah untuk berprestasi. Kebutuhan umat menjadi hal yang utama. Hal ini menjadi hawa segar bagi Indonesia untuk menatap masa depan yang gemilang.

Pemimpin adalah orang yang akan diikuti oleh yang dipimpin. Jika para pemimpin melakukan korupsi, tak berkarakter, maka warganya pun akan mengikutinya. Rasulullah SAW. satu-satunya figur manusia sempurna yang ketika duduk ia mulia, ketika berperang ia terdepan, ketika menjadi ayah ia hebat, ketika menjadi guru umat ia sabar. Kuncinya ada dalam sifat-sifat rasul yang empat. Tahukah anda? Mari kita mengingat dan mencari tahu untuk yang belum tahu.

Sifat-sifat itu diantaranya, jujur, amanah, menyampaikan dan cerdas. Pertama, jujur. Jujur adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Sayangnya akan sangat sulit mencari orang yang jujur di masa kini. Tugas kita masing-masing untuk melakukan introspeksi diri agar meningkat kejujuran terhadap diri sendiri dan orang lain. Mungkin lidah bisa berbohong, namun hati akan selalu berkata jujur. Maka dari itu, coba dengarkan lagi apa yang ingin dikatakan segumpal darah itu. Kedua, amanah. Amanah merupakan hal yang berat. Tubuh kita ini pun termasuk amanah dari Allah. Untuk itu kita harus menjaganya dan memeliharanya dengan baik. Melangkahkan kaki ke jalan yang baik dan membasmi yang buruk. Begitu juga dengan amanah-amanah yang lainnya. Jaga dan lakukan dengan baik, jangan sampai kehilangan kepercayaan. Ketiga, menyampaikan. Cobalah untuk tidak mengurangi atau menambahkan apapun, apabila harus memberikan informasi. Sampaikan seutuhnya. Keempat, cerdas. Pemimpin harus cerdas. Mereka harus punya strategi untuk menyelesaikan setiap persoalan dan perselisihan yang terjadi dengan bijak. Tanpa pemimpin yang cerdas, sulit untuk mendapatkan pencapaian yang maksimal.

Berdasarkan penuturan di atas, memiliki ilmu yang mumpuni diharapkan mampu mencetak pemimpin yang memiliki rasa empati, peduli dan menyebarkan kasih sayang. Jiwa yang baik menjadi aksi yang baik. Mulai untuk berubah dari hal yang kecil. Karena hal yang kecil adalah awal dari yang besar. Korupsi bukanlah budaya. Mari kita hilangkan kebiasaan buruk menjadi kebiasaan bermanfaat. Manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berprestasi dan bermanfaat bagi sesama. Indonesia siap menjadi negara anti korupsi!

Oleh : Dinar Nur Fadilah, SMA Negeri 2 Banjar

Add a Comment

× Butuh Bantuan?